Oleh: dr Phaidon Lumban Toruan
KOMPAS.com — Luar biasa! Tim nasional berhasil mengoleksi empat kemenangan berturut-turut di ajang Piala AFF. Terakhir adalah saat melawan Filipina, yang katanya memiliki sembilan pemain naturalisasi. Semua lawan yang telah merasakan keperkasaan Firman Utina dan kawan-kawan saat ini mungkin cukup terperangah melihat tim sebuah negara besar yang sudah lama absen dari prestasi tiba-tiba tampil berbeda.
Kemenangan yang bukan main-main. Menundukkan Malaysia 5-1, mencukur Laos 6-0 (yang mampu menahan Thailand 2-2), dan menaklukkan Thailand 2-1 (salah satu tim terkuat di Asia Tenggara), dan terakhir menang atas Filipina 1-0 di semifinal
leg pertama adalah bukti keperkasaan itu.
Apa rahasia besar dari semua ini? Tentu ini adalah hasil kegigihan semua pemain di lapangan serta peran besar seorang Alfred Riedl, sang pelatih kepala, yang dibantu asisten Wolfgang Pikal dan Widodo C Putro. Tapi, apalagi?
Pasti ada sesuatu yang baru bukan? Masalahnya bukan sekali karena Indonesia menggunakan jasa tenaga pelatih asing. Bahkan negara yang disegani di Asia Tenggara, Thailand, menggunakan jasa pelatih ”bule” sekaliber Bryan Robson pun harus angkat koper lebih awal.
Apa yang berbeda?
Sejak PSSI menunjuk Iman Arif sebagai Direktur Badan Tim Nasional (BTN), ia secara intensif membentuk suatu tim yang terdiri atas para profesional. Ia melibatkan banyak orang dengan latar belakang profesional di perusahaan multinasional. Orang-orang pilihan ini menempati semua divisi, mulai dari sekretaris direksi, direktur administrasi, direktur keuangan, direktur
marketing, direktur
talent scouting, dan direktur
sport science.
Iman melakukan perubahan radikal di semua lini dan menerapkan
true management.
True management di perusahaan multinasional seperti yang dikomandoi ImanArif senantiasa menerapkan
management science dalam pekerjaan sehari-harinya.
Iman saat ini tidak lagi menjabat Direktur BTN, tetapi kini bertugas sebagai Direktur Teknis di bawah direktur baru BTN, Nirwan Bakrie. Saya sendiri pernah menjabat direktur
sport science di BTN
. Tetapi, saat ini saya lebih banyak membantu Iman membuat rancangan strategis untuk meningkatkan, bukan hanya kualitas tim nasional, melainkan juga melakukan
transfer knowledge ke seluruh insan sepak bola di Indonesia.
Artinya, Badan Tim Nasional bekerja mengumpulkan semua ilmu pengetahuan yang menunjang prestasi sepak bola (bisa dibilang kulakan ilmu), melakukan cara-cara aplikasi ilmu pengetahuan tersebut sesuai dengan kondisi di Indonesia. Keberadaan organisasi divisi
sport science di Badan Tim Nasional merupakan bagian dari pelaksanaan rekomendasi sarasehan sepak bola nasional di Malang beberapa waktu lalu.
Ada beberapa stretegi
sport science yang diformulasikan buat timnas. Strategi pertama adalah melakukan aplikasi
sport medicine dibantu beberapa profesional. Apa yang dilakukan dalam disiplin ilmu ini adalah melakukan pemeriksaan awal, baik pemeriksaan fisik, laboratorium, dan
musculoskeletal (sendi dan/atau otot).
Dengan pemeriksaan ini, data pemain yang dinyatakan oleh tim
sport medicine tidak fit diserahkan kepada Alfred sebagai pelatih kepala sehingga saat menyusun tim, bisa mengantisipasi pemain-pemain yang bermasalah secara kesehatan agar tidak mengganggu program kerjanya.
Usaha ini tentu perlu kesabaran karena tim memeriksa puluhan pemain yang secara kasatmata merupakan yang terbaik di Indonesia. Hasil akhir dari pekerjaan ini adalah adanya penilaian kondisi fisik pemain sehingga timnas yang terbentuk terdiri atas pemain yang fit untuk pelatihan.