Selasa, November 30

Negara Jamu Bernama Indonesia


Tahukah anda bahwa kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia menempati urutan kedua dunia setelah Brazil? Namun tahukah anda bahwa dari ribuan tumbuhan yang ada di Indonesia, baru sejumlah kecil yang telah memberi sumbangan berarti bagi kesejahteraan bangsa? Menurut Charles Saerang, Ketua Gabungan Pengusaha Jamu, Indonesia memiliki sekitar 9.000 spesies tumbuhan obat, namun hanya 350 spesies yang teridentifikasi dan baru sekitar 3 - 4% yang telah dimanfaatkan secara komersial. Lalu mengapa potensi luar biasa itu belum dapat dimanfaatkan seluruhnya secara optimal?
Sebenarnya berbagai produk jamu Indonesia telah mampu menembus pasar dunia seperti Asia Tenggara, Asia Timur, Eropa dan Amerika. Sementara itu industri farmasi dalam negeri masih banyak mengandalkan bahan baku obat impor. Karena itu sebenarnya pasar obat-obatan tradisional masih cukup besar dan menjanjikan. Seiring semangat kebangkitan nasional, pemerintah menggelar kebangkitan jamu Indonesia pada tahun 2008 ini. 
Hambatan
Menurut Rahmat Gobel, wakil ketua Kadin, dari seluruh omzet produk herbal di pasar dunia yang mencapai US$ 15 miliar dunia, produk Indonesia hanya mencapai US$ 500-600 juta. Untuk itu, dalam peta jalan Kadin hingga 2010, omzet industri jamu ditargetkan akan mencapai Rp 10 triliun.
Perkembangan jamu saat ini masih terhambat oleh masalah mendasar yakni kurangnya standarisasi produk. Baik dari segi bahan yang digunakan, cara pembuatan maupun faktor khasiat dan keamanan produk. Selain itu standarisasi jamu sulit dilakukan karena sebagian pembuat jamu beranggapan bahwa jamu adalah sebuah seni yang menekankan pada intuisi dan bukan pada pengukuran secara tepat bahan-bahan yang digunakan.
Selain itu masih terdapat banyak pelanggaran seperti pemalsuan nomor pendaftaran, pencantuman identitas pabrik yang tidak lengkap, serta pencampuran dengan bahan kimia secara sembarangan. Dalam PerMenKes disebutkan bahwa jamu tidak boleh mengandung bahan kimia selain dari yang dipersyaratkan. Sementara bahan pengawet seperti asam sorbat, benzoat serta nipagin dan nipasol masih diperbolehkan dalam batas tertentu.
Pemakaian bahan-bahan kimia yang tidak terkontrol akan membahayakan bagi kesehatan konsumen. Seperti penggunaan antalgin dalam jamu penurun panas, parasetamol dalam jamu pegal linu, furosemid dalam jamu pelangsing dan jamu pelancar air seni, deksametason dalam jamu gemuk badan, dan sildenafil dalam jamu kuat laki-laki. Untuk itu konsumen patut menaruh curiga pada jamu yang memberikan efek khasiat dalam waktu yang singkat. Ini dikarenakan bahan alami umumnya bereaksi lebih lambat dari pada bahan kimia obat.
Perlu dipahami bahwa pelarangan itu bukan disebabkan karena zat kimia tidak boleh dikonsumsi bersama dengan obat bahan alam. Pelarangan itu lebih disebabkan karena tidak adanya jumlah yang jelas mengenai bahan kimia yang digunakan sehingga berpotensi berbahaya untuk tubuh.
Konsumen yang terkena risiko akibat penggunaan produk ilegal tersebut sebaiknya melaporkan kepada unit layanan pengaduan konsumen Badan POM RI di Jakarta atau Balai POM yang tersebar di seluruh Indonesia.  
Harapan
Dari generasi ke generasi, nenek moyang bangsa Indonesia telah mewariskan pengobatan bahan alam yang amat kaya dan beragam. Perkembangan obat bahan alam amat berkaitan dengan etnis dan proses sejarah yang membentuknya. Tanaman obat yang digunakan untuk satu indikasi penyakit tertentu, terkadang digunakan untuk penyakit berbeda di daerah lain. Ini menunjukkan kekayaan budaya yang tersebar di pelosok nusantara.
Kearifan budaya dalam memanfaatkan jamu ini berkaitan erat pula dengan upaya pelestarian lingkungan hidup. Karena tanaman yang menjadi bahan baku jamu tradisional Indonesia adalah tanaman obat yang pemanfaatannya berwawasan pelestarian budaya dan lingkungan hidup. Sehingga pemanfaatan tanaman jamu dapat berperan serta dalam upaya pelestarian lingkungan untuk mengurangi efek pemanasan global yang melanda dunia akhir-akhir ini.
Keanekaragaman hayati yang terkandung dalam tumbuhan obat memberikan keanekaragaman struktur senyawa kimia. Hal ini berkaitan dengan keanekaragaman aktivitas farmakologinya. Ini adalah tantangan besar bagi para ilmuwan untuk menyingkap cara kerja jamu dalam meningkatkan kesehatan. Dengan adanya penelitian yang intensif diharapkan dapat muncul terobosan dalam dunia kedokteran. Sehingga di masa datang, tenaga kesehatan tak ragu lagi untuk menggunakan jamu dalam pengobatan modern karena telah memiliki dasar-dasar ilmiah terkait cara kerjanya.
Untuk menjamin kualitas jamu dalam negeri, diperlukan munculnya kesadaran dari para pengusaha untuk melakukan pengecekan akan produk-produk racikannya sendiri untuk memberi jaminan pada konsumen bahwa produk yang digunakan telah memenuhi standar keamanan.
Keuntungan lain dalam mengembangkan jamu adalah produksi jamu biasanya bersifat padat karya sehingga industri jamu dapat menciptakan banyak lapangan kerja. Dengan demikian industri jamu dapat berperan mengurangi pengangguran yang dapat menjadi pemicu gejolak sosial.
Akhirnya kita berharap agar segenap potensi sumber daya alam di Indonesia dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan rakyat. Semoga. 
Kiriman tulisan dari: Fajar Ramadhitya P
Alumnus Farmasi Universitas Padjadjaran

0 komentar:

Posting Komentar

Mari Maju Bersama....